Selasa, 05 November 2013

Politik Masuk Kampung


     POLITIK MASUK KAMPUNG
           by : Kemal Faza Hastadi     
        
             Bukan rahasia lagi tahun 2014 Negara yang kita cintai ini bakal mengadakan acara 5 tahunan yang akan sangat berpengaruh pada nasib bangsa ini 5 tahun kedepan. Selebaran-selebaran dan baliho-baliho bergambar para calon "wakil" rakyat pun sudah mulai bertebaran bagai sampah-sampah di sungai ciliwung. Panggung perpolitikan pun mulai menunjukan drama-drama yang menarik, partai-partai mulai menjatuhkan satu sama lain tak kenal kawan, semuanya menjadi lawan demi kekuasaan yang semu. Rakyat bagai menonton sinetron cinta fitri yang tak ada habisnya. Para menteri-menteri di kabinet mulai tidak fokus pada tugasnya, bahkan bapak presiden yang terhormat pun sempat berbicara tentang politik pada pidato kenegaraan....ada apa dengan bangsa Ini?? 
         Itulah sekelumit cerita tentang keadaan masyarakat kelas atas dengan politiknya. Bagaimana dengan masyarakat kelas bawahnya?? Mari kita simak fenomena menarik berikut. Belum lama ini penulis mengikuti karya wisata ke suatu desa di pegunungan daerah sukabumi. Desa itu kira-kira baru beberapa bulan di aliri listrik negara, dulu mereka hanya menggunakan kincir air sederhana untuk menghasilkan listrik. Namun ada hal yang unik yang penulis lihat, ya bendera partai dengan baliho-baliho para calon "wakil" rakyat itu berkibar dan berdiri dengan megahnya di tengah ladang-ladang para petani yang bahkan mereka tidak pernah merasakan sedikitpun manisnya kemajuan ekonomi bangsa ini. Untuk sekolah saja mereka membutuhkan waktu lebih dari 2 jam untuk mencapai sekolah terdekat. Tapi mengapa bendera partai itu berkibar dengan megahnya?? Pertanyaan yang bahkan tidak bisa di jawab oleh warga desa itu sendiri. Pemandangan Desa yang tadinya indah terkotori oleh sampah-sampah kekuasaan yang tak berguna (re: spanduk caleg). Ada satu hal lagi yang penulis anggap sangat menarik, tahukah anda tak satupun dari para caleg yang pernah datang mengunjungi mereka. Bagaimana bisa seorang calon "wakil" rakyat ingin mewakili masyarakatnya tapi tidak pernah tahu keadaan masyarakatnya...?. Sungguh ironi yang sangat mengiris hati nurani ini.                     
       Bangsa ini sudah terlalu larut dalam panggung perpolitikan yang menjijikan bagai bangkai tikus hingga tega membodohi bangsanya sendiri.tapi masih adakah harapan itu? Harapan Menjadi bangsa yang besar sesuai cita-cita para founding father. Hanya waktu dan kemauan yang bisa menjawabnya.        

Jakarta 6 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar