Minggu, 10 November 2013

Pahlawan, siapakah mereka..?


 Pahlawan, siapakah mereka..?
By : Kemal Faza Hastadi
   


          "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya" masih Ingatkah kita dengan kutipan perkataan salah satu Founding Father bangsa ini?? Sudah kah kita semua menghargai jasa para pahlawan?dengan apa kita menghargai mereka? Pertanyaan yang wajar diajukan kepada bangsa ini.
   Bukan hal baru kita melihat para veteran yang sudah mati-matian berjuang hidupnya sekarang sangat memprihatinkan. Ada yang menjadi tukang sapu atau bahkan ada yang menjual medali penghargaan dari presiden demi sesuap nasi.
          Miris memang bila kita memperhatikan hidup para veteran, yang tadi penulis sebutkan baru kehidupan dari para veteran yang terdaftar di LVRI (legiun Veteran Indonesia), bagaimana yang tidak terdaftar? Kehidupan merereka lebih parah lagi, cerita rumah mereka di gusur atau disita oleh bank karena hutang bukanlah hal yang aneh.
      Terbesit pertanyaan di hati ini, pantaskah mereka menerima ini semua? setelah pengorbanan yang mereka lakukan, bukan hanya pengorbanan biasa, pengorbanan yang hanya bisa di lakukan oleh mereka yang memiliki kecintaan yang tinggi pada negeri ini.
     Sekarang mari kita berkaca, sudahkah pembaca menyadari siapa saja "pahlawan" di kehidupan  pembaca?? Siapakah sosok pahlawan itu?
       Sebagian besar pasti akan menjawab Ibu sebagai pahlawan mereka. Bagaimana tidak, ibu yang telah mengandung kita selama sembilan bulan dan merawat kita hingga besar seperti pastilah seorang pahlawan. Jasa mereka begitu besa Tak terkira pengorbanan yang ibu lakukan demi tumbuh kembang anaknya.
          Ayah, tanpa ayah pastilah kerja seorang ibu sangat berat. Ayahlah yang mencari nafkah demi pendidikan dan memenuhi kebutuhan keluarganya
      Pahlawan terakhir yang ingin penulis sebutkan sudah tidak asing lagi, ya mereka adalah si pahlawan tanpa jasa guru. Tanpa guru mungkin bangsa ini akan kembali dijajah merekalah yang membuat SBY menjadi presiden, membuat evan dimas bermain bola merekalah yang membuat kita bisa membaca tulisan ini. Jangan kita anggap remeh mereka yang jasanya sangat besar bagi kita dan bangsa ini.
     Mari kita sempatkan mengheningkan cipta hari ini untuk para pahlawan, baik pahlawan yamg telah wafat atau pahlawan yang masih hidup membantu kita. Banyak pahlawan yang sudah pergi mendahului Namun mereka masih hidup, ya mereka hidup dengan karya dan kemerdekaan yang mereka raih ini, jangan kita kecewakan mereka. Mari kita bawa bangsa ini menjadi lebih baik
                                                     
SELAMAT HARI PAHLAWAN!!!
 Jakarta 10 November 2013

Jumat, 08 November 2013

Siapakah Yang Harusnya Berterimakasih????


Siapakah Yang Harusnya Berterimakasih???
By : Kemal Faza Hastadi


          Setelah tahun 1966, Malaysia hampir saja BUBAR dikarenakan adanya konflik Mulitirasial antara Ras Melayu, China dan India (Melayu menjadi 'budak' dari China dan India di Malaysia sendiri) serta ancaman Komunisme melanda Malaysia. pertikaian ini mulai merosotna partai UMNO dari hari kehari disebabkan makin banyaknya kaum Imigran (yang notabene non-melayu) sehingga jumlah melayu menjadi minoritas. mengingat hal tersebut, Ketua Badan Intelejen Malaysia memohon dukungan fisik untuk memenangkan UMNO pada pemilu tahun 1970an. permohonan tersebut disetujui oleh pemerintah Indonesia sehingga Das Alwi dan kawan-kawanya menggelar suatu operasi rahasia dengan tugas. 1) mengirimkan secara diam-diam Imigran asal Indonesia ke Malaysia. 2) tugas Imigran tersebut adalah guna memperkuat barisan UMNO demi memenangkan pemilu. hasilnya, UMNO berhasil menjadi partai terkuat dengan presentasi naik sangat tinggi (32% dari sebelumnya menjadi 70%)
       alhasil, Rumpun Melayu berhasil menguasai dinegeri sendiri dan Malaysia berhasil terselamatkan secara politik karena UMNO berhasil bertahan. setelah sasaran tersebut berhasil, pemerintah memohon bantuan kembali kepada pemerintah Indonesia untuk mengirimkan kembali TENAGA GURU MATEMATIKA ke Malaysia, agar malaysia dapat menghasilkan pilot-pilot dan perwira-perwira handal. permohonan tersebut diberikan kembali, ratusan guru asal Sumatera Utara dan Jawa Barat dan Tengah dikirim untuk mengajar Matematika di negeri Jiran tersebut. semakin lama warga Pribumi nasibnya berhasil merambat naik, cuma masih sebatas politik, sedangakn ekonomi masih dipegang oleh China dan India. Oleh sebab itu, Pemerintah Malaysia memohon kembali untuk mengirimkan pakar Ekonomi Indonesia untuk mencari solusi supaya Warga Pribumi Bumi Putera dimalaysia dapat memegang sektor Ekonomi sehingga Melayu menjadi tuan Rumah dinegeri sendiri.
            Permohonan tersebut disambut oleh pemerintah Indonesia dengan dikirimnya Dr. Soemitro untuk menciptakan formula terbaik untuk ekonomi di Malaysia (sistem ekonomi ciptaan Soemitro tersebut masih digunakan hingga detik ini di Malaysia) alhasil, warga pribumi Malaysia banyak yang berhasil menjadi pengusaha. sehingga pada sekitar tahun1980an, pribumi Malaysia berhasil menjadi tuan rumah di negeri sendiri. dan menyedihkannya, apa yang mereka berikan untuk Indonesia???
          Penyiksaan yang menyedihkan terdap Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia (padahal dahulu, sama2 menjadi tenaga kerja). kedua, melabelkan Indonesia sebagai Indon(bodoh) padahal sebenarnya siapa yang jadi guru, siapa yang jadi muridnya???. itukah balasannya???? ingat hai orang2 malaysia, kalian masih mengalami krisis Multirasial.... jangan angkuh, tolong lihat sejarah bangsamu, tulisan ini bukan untuk membangga-banggakan Indonesia tetapi untuk intropeksi diri bagi penulis dan bangsa....


18 Januari 2010

Selasa, 05 November 2013

Politik Masuk Kampung


     POLITIK MASUK KAMPUNG
           by : Kemal Faza Hastadi     
        
             Bukan rahasia lagi tahun 2014 Negara yang kita cintai ini bakal mengadakan acara 5 tahunan yang akan sangat berpengaruh pada nasib bangsa ini 5 tahun kedepan. Selebaran-selebaran dan baliho-baliho bergambar para calon "wakil" rakyat pun sudah mulai bertebaran bagai sampah-sampah di sungai ciliwung. Panggung perpolitikan pun mulai menunjukan drama-drama yang menarik, partai-partai mulai menjatuhkan satu sama lain tak kenal kawan, semuanya menjadi lawan demi kekuasaan yang semu. Rakyat bagai menonton sinetron cinta fitri yang tak ada habisnya. Para menteri-menteri di kabinet mulai tidak fokus pada tugasnya, bahkan bapak presiden yang terhormat pun sempat berbicara tentang politik pada pidato kenegaraan....ada apa dengan bangsa Ini?? 
         Itulah sekelumit cerita tentang keadaan masyarakat kelas atas dengan politiknya. Bagaimana dengan masyarakat kelas bawahnya?? Mari kita simak fenomena menarik berikut. Belum lama ini penulis mengikuti karya wisata ke suatu desa di pegunungan daerah sukabumi. Desa itu kira-kira baru beberapa bulan di aliri listrik negara, dulu mereka hanya menggunakan kincir air sederhana untuk menghasilkan listrik. Namun ada hal yang unik yang penulis lihat, ya bendera partai dengan baliho-baliho para calon "wakil" rakyat itu berkibar dan berdiri dengan megahnya di tengah ladang-ladang para petani yang bahkan mereka tidak pernah merasakan sedikitpun manisnya kemajuan ekonomi bangsa ini. Untuk sekolah saja mereka membutuhkan waktu lebih dari 2 jam untuk mencapai sekolah terdekat. Tapi mengapa bendera partai itu berkibar dengan megahnya?? Pertanyaan yang bahkan tidak bisa di jawab oleh warga desa itu sendiri. Pemandangan Desa yang tadinya indah terkotori oleh sampah-sampah kekuasaan yang tak berguna (re: spanduk caleg). Ada satu hal lagi yang penulis anggap sangat menarik, tahukah anda tak satupun dari para caleg yang pernah datang mengunjungi mereka. Bagaimana bisa seorang calon "wakil" rakyat ingin mewakili masyarakatnya tapi tidak pernah tahu keadaan masyarakatnya...?. Sungguh ironi yang sangat mengiris hati nurani ini.                     
       Bangsa ini sudah terlalu larut dalam panggung perpolitikan yang menjijikan bagai bangkai tikus hingga tega membodohi bangsanya sendiri.tapi masih adakah harapan itu? Harapan Menjadi bangsa yang besar sesuai cita-cita para founding father. Hanya waktu dan kemauan yang bisa menjawabnya.        

Jakarta 6 November 2013